Blogger templates

KISAH KASIH SEORANG RADIOGRAFHER

Selasa, 21 Mei 2013

PERKEMBANGAN ILMU RADIOLOGI


PERKEMBANGAN ILMU RADIOLOGI
Diagnostik (Imejing); Terapi (Onkologi Radiasi) ;Kedokteran Nuklir*
Susworo 1
Penemuan sinar X oleh Prof. Willem Conrad Roentgen pada penghujung tahun
1895 telah membuka cakrawala kedokteran dan dianggap sebagai salah satu tonggak
sejarah yang paling penting untuk saat itu. Berbasis dengan penemuan ini segera saja
ilmu radiologi berkembang pesat ke seluruh dunia. Berbagai pemeriksaan dengan
menggunakan sinar pengion ini telah berhasil menguak berbagai jenis penyakit yang
saat itu dianggap masih merupakan misteri. Perkembangan selanjutnya membuktikan
bahwa sinar X ini bukan hanya bermanfaat untuk mendiagnosis penyakit (disebut
radiodiagnostik, yang kemudian menjadi diagnosis imejing) tetapi juga dapat digunakan
sebagai pengobatan penyakit kanker (radioterapi, onkologi radiasi). Dengan
perkembangan teknologi maka saat ini diagnosis imejing mencakup pemeriksaan
dengan sinar X konvensional seperti pemeriksaan paru (toraks), tulang, ginjal dan
saluran kemih, saluran cerna dan sebagainya; kemudian pemeriksaan intervensional
untuk mendeteksi kelainan organ melalui penilaian pembuluh darah yang dimasuki
bahan kontras seperti angiografi otak, hati, jantung dan sebagainya, serta mielografi
untuk menilai keadaan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Memasuki era
komputer maka pemeriksaan tadi, terutama yang sifatnya invasif, segera saja dilengkapi
oleh pemeriksaan non-invasif seperti CT scan (Computerized Tomography Scanning)
dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Ini bukan berarti kedua metode pemeriksaan
terakhir ini mengambil alih pemeriksaan pemeriksaan radiografi konvensional lainnya.
Tercatat pula perkembangan di bidang radiologi ini penggunaan instrumen bukan
pengion seperti ultrasonografi yang menggunakan gelombang suara, MRI yang
menggunakan enersi magnet.
PET scan merupakan pemeriksaan pencitraan (imejing) menggunakan
radionuklida (radioisotop) yang diberikan kepada pasien. Radionuklida ini akan
diakumulasi pada jaringan tubuh yang tidak normal. Adanya akumulasi radionuklida ini
akan mengakibatkan peningkatan kenaikan aktifitas radiasi yang dapat ditangkap
dengan alat monitor. Kenaikan aktifitas radionuklida ini berkaitan dengan perbedaan
aktifitas metabolisme dibandingkan dengan jaringan normal sekitarnya. Dalam keadaan
normal radionuklida ini akan tersebar merata pada seluruh jaringan. Kelainan fungsional
ini menjadi lebih bermanfaat manakala dapat dilakukan penggabungan dengan CT scan,
sehingga dapat diketahui lokasi anatomis, yang disebut sebagai PET-CT scan.
Kelainan tersering yang dicoba untuk dideteksi adalah adanya tumor ganas di
dalam otak atau jaringan lain yang sulit untuk dideteksi dengan metode lain.
Kegunaannya selain untuk membantu diagnosis juga untuk mengikuti perkembangan
tumor tersebut pada saat memperoleh terapi misalnya radioterapi ataupun khemoterapi.
Imejing Diagnostik
1. Pemeriksaan konvensional
• Tanpa kontras: Paru paru, tulang dan sendi, jaringan lunak
• Dengan kontras: saluran kemih, saluran cerna, saluran lain seperti
sialografi, duktulografi payudara, fistulografi, histerosalfingografi
2. Pemeriksaan intervensional
• Arteriografi, pemeriksaan pembuluh darah otak, hati, koroner jantung,
pembuluh balik (varises kaki). Pemeriksaan ini dapat diikuti dengan
tindakan terapi seperti pemasangan stent untuk mengatasi stenosis
pembuluh darah kecil. Juga dapat digunakan sebagai sarana pemberian
khemoterapi atau materi radioaktif ke dalam lesi ganas dalam hati.
• Mielografi, pemeriksaan sumsum tulang belakang (mielografi),
limfografi pemeriksaan saluran limfatik,
3. Pemeriksaan non-invasif (sebagai alternatif atau pelengkap tindakan intervensi)
• Computerized Tomography Scanning (CT Scan)
• MRI (Magnetic Resonance Imaging) �� bukan sinar pengion
• USG (ultrasonografi) �� bukan sinar pengion
4. Pemeriksaan dengan radionukleida (kedokteran nuklir)
• Bone scanning (pemindaian tulang), ginjal, tiroid (kelenjar gondok)
• PET Scan (Positron Emission Tomography) PET scan merupakan
pemeriksaan pencitraan (imejing) menggunakan radionuklida
(radioisotop) yang diberikan kepada pasien. Radionuklida ini akan
diakumulasi pada jaringan tubuh yang tidak normal. Adanya akumulasi
radionuklida ini akan mengakibatkan peningkatan kenaikan aktifitas
radiasi yang dapat ditangkap dengan alat monitor. Kenaikan aktifitas
radionuklida ini berkaitan dengan perbedaan aktifitas metabolisme
dibandingkan dengan jaringan normal sekitarnya. Dalam keadaan normal
radionuklida ini akan tersebar merata pada seluruh jaringan. Kelainan
fungsional ini menjadi lebih bermanfaat manakala dapat dilakukan
penggabungan dengan CT scan, sehingga dapat diketahui lokasi
anatomis, yang disebut sebagai PET-CT scan. Kelainan tersering yang
dicoba untuk dideteksi adalah adanya tumor ganas di dalam otak atau
jaringan lain yang sulit untuk dideteksi dengan metode lain.
Kegunaannya selain untuk membantu diagnosis juga untuk mengikuti
perkembangan tumor tersebut pada saat memperoleh terapi misalnya
radioterapi ataupun khemoterapi.
• SPECT Scan (Single Photon Emision Computed Tomography)
mempunyai tujuan pemeriksaan yang sama dengan menggunakan sarana
dan radionuklida yang berbeda
Radioterapi
• Onkologi Radiasi: Pengobatan tumor ganas menggunakan sinar pengion.
• Sinar pengion yang digunakan di dunia medis dapat berupa isotop: sinar
gamma yang diperoleh dari unsur radium, kobalt, sesium, iridium atau
sinar yang dibangkitkan seperti sinar X, elektron, atau berupa partikel
proton, neutron. Belakangan di negara maju digunakan heavy ions
karbon.
• Pada awalnya, tidak lama setelah penemuan sinar X, diketahui bahwa
sinar tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan manusia.
Karena itu mulailah dilakukan pengobatan kanker dengan sinar X tanpa
dasar pengetahuan patologi onkologi serta radiobiologi. Pada sebagian
besar pasien terjadi kematian jaringan kanker, namun tidak lama
kemudian timbul anak sebar di kelenjar getah bening regional atau
bahkan di tempat jauh. Selain itu jaringan sehat juga mengalami
kerusakan yang cukup hebat sehingga tidak jarang mengakibatkan
3
kematian pasien. Juga saat itu belum diketahui jenis kanker apa saja yang
dapat diatasi dengan pengobatan sinar dan mana yang tidak dapat.
Demikian pula tidak diketahui dosis radiasi yang diberikan, namun
sebagian besar memberikan dalam jangka waktu yang panjang sekali
pemberian. Dengan lebih banyaknya kerugian yang didapat
dibandingkan dengan keuntungan nya maka secara pelahan radioterapi
mulai ditinggalkan oleh para dokter. Namun demikian penelitian terus
berlangsung sampai akhirnya diketahui berbagai macam fakta yang
merupakan dasar dasar pengobatan radiasi sampai saat ini.
• Dimulai dengan pengetahuan mengenai adanya perbedaan kepekaan
antara jaringan yang berbeda berdasarkan jenis dan asal jaringan kanker,
jenis diferensiasi tumor serta kadar oksigen dalam jaringan. Demikian
pula diketahui bahwa pemberian radiasi harus dilakukan dengan metode
fraksinasi, yakni dosis yang diberikan sebanyak 180 – 200 rad (sekarang
menjadi cGy) perkali pemberian yang rata rata diberikan sebanyak 5 kali
dalam seminggu dengan jumlah total 25 sampai 30 kali. Ini merupakan
dasar pemberian radiasi konvensional. Pada perkembangan selanjutnya
metode pemberian ini dapat dimodifikasi menjadi 10 kali per minggu
dengan dosis perkali lebih rendah atau tetap. Modifikasi ini disebut
sebagai hiperfraksinasi. Perubahan ini dilakukan setelah diketahui bahwa
sel (sehat maupun kanker) mempunyai daur normal yang terbagi atas
fase fase G1,2,M dan S. Diketahui bahwa sel akan menjadi sensitif
terhadap radiasi pada fase M.
• Perkembangan metode radiasi banyak dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi, baik dari segi mekanik, elektronik dan terutama komputer.
Radiasi eksterna yang tadinya diberikan dengan lapangan sederhana
seperti 1 atau 2 lapangan saat ini dimungkinkan untuk diberikan
lapangan multipel tanpa atau dengan alat bantu, dalam keadaan statis
atau dinamis. Semua ini bertujuan untuk memperoleh hasil pengobatan
yang optimal berupa penghancuran jaringan kanker semaksimal mungkin
dan kerusakan jaringan sehat seminimal mungkin. Dengan demikian
akan diperoleh kesintasan hidup jangka panjang dengan
mempertahankan fungsi organ normal. Pasien akan hidup dengan
kwalitas hidup yang tinggi.
• Untuk memperoleh hasil ini semua maka pengobatan radiasi seringkali
dikombinasikan antara radiasi eksterna dengan brakhiterapi. Pemberian
brakhiterapi metode afterloading dengan sumber isotop laju dosis tinggi
merupakan perkembangan terkini, yang sekalipun telah dilakukan sejak
25 tahun lalu, yang masih banyak memberi manfaat pada berbagai jenis
kanker. Brakhiterapi dapat dilakukan dengan metode intrakaviter,
intraluminal ataupun dengan cara mengimplantasikan jarum jarum
radioaktif ke dalam jaringan tumor dan jaringan sehat sekitarnya.
Dengan berkembangnya metode radiasi IMRT (Intensity Modulated
Radio Therapy) dapat menggantikan brakhiterapi pada beberapa jenis
keganasan. dan pemberian brakhiterapi menjadi dianggap terlalu invasif.
Perkembangan ini juga membuahkan metode radiasi yang terarah pada
satu titik (pin point) seperti kelainan pada jaringan otak seperti tumor
primer otak, metastasis atau kelainan non maligna seperti arterio venous
malformation (AVM) dengan menggunakan radiasi stereotaktik. Dengan
radiasi stereotaktik akan diperoleh daerah radiasi yang terbatas hanya
pada kelainan dan tidak pada jaringan otak yang sehat. Alat yang dikenal
untuk melakukan ini dikenal sebagai Gamma Knife (apabila digunakan
sumber kobalt) atau X-knife bila digunakan sinar X.
• Sebelum melakukan radiasi definitif pada pasien maka seluruh data data,
baik jenis sinar yang digunakan, daerah target penyinaran serta anatomi
potongan lintang dengan CT scan, daerah organ kritis yang sepatutnya
dihindari dimasukkan ke dalam computerized treatment planning system
(TPS). Keluarannya berupa arah sinar yang dianjurkan dengan jumlah
lapangan radiasi, dosis persentasi serta dosis pada beberapa lokasi seperti
tumor primer serta organ kritis.
• Salah satu keluaran dari TPS digunakan untuk aplikasi pada daerah yang
akan diradiasi dengan menggunakan simulator. Simulator merupakan
sarana dengan menggunakan sinar-X yang bertujuan menetapkan daerah
radiasi baik pada tumor primer dan dapat pula pada kelenjar getah bening
setempat. Simulator ini menjadi lebih kompleks, manakala digunakan
secara on line dengan pesawat CT scan. Dengan CT simulator ini maka
akan diperolh bukan hanya data data yang diperlukan untuk menetapkan
daerah radiasi sederhana tetapi juga mampu untuk memberikan distribusi
dosis secara merata pada berbagai bentuk tumor yang ireguler.
• Perkembangan pengetahuan mengenai khemoterapi serta antibodi
monoklonal sebagai kombinasi radiasi, baik sebagai neo ajuvan,
konkomitan serta ajuvan telah memberikan tempat tersendiri bagi
pengobatan penyakit kanker secara terintegrasi. Pemberian khemoterapi
digunakan antara lain untuk memperkecil tumor sedemikian rupa
sehingga lapangan radiasi menjadi lebih kecil yang memberi keuntungan
rendahnya efek samping lokal akibat radiasi. Apabila khemoterapi ini
diberikan bersamaan maka diharapkan terjadi efek sinergi dari metode
radiasi dan khemoterapi yang mengakibatkan tumor menjadi lebih peka
terhadap radiasi ketimbang apabila radiasi diberikan secara mandiri.
Khemoterapi ini juga memberikan keuntungan karena kemampuannya
mencegah terjadinya metastasis jauh, karena radiasi sifatnya hanya
membunuh jaringan kanker yang tercakup dalam lapangan radiasi. 

KAMAR GELAP-DARK ROOM


KAMAR  PROSESING FILM - KAMAR GELAP-DARK ROOM
Dalam suatu proses radiografi processing room atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung yang penting dalam menunjang keberhasilan suatu proses pemotretan . Hal ini disebabkan karena processing room kita dapat mengubah film dari bayangan laten kedalam bayangan tampak.
Processing room disebut juga final proses akhir karena processing room merupakan rangkaian yang terakhir dalam suatu proses radiografi .

Pengertian Processing Room atau Kamar Gelap adalah suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film sebelum dan sesudah di expose ( dari bayangan laten menjadi bayangan tetap).

Fungsi processing room,antara lain :

· Mengisi/mengosongkan kaset
· Memasukkan film kedalam processing automatic
· Perawatan dan pemeliharaan processing automatis
· Penyimpanan film yang belum di expose
· Prosedur duplikasi atau substraksi
· Silver recovery

Jenis-Jenis Processing

a. Automatic processing
Dalam processing automatic hampir sama dengan processing manual hanya perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing ( pembilasan ), menggunakan tenaga mesin .

b. Manual processing
Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu : Developer ( pembangkitan ) ; Rinsing ( pembilasan ) ; Fixing ( penetapan ) ; Washing ( pencucian ) ; dan Drying ( pengeringan ).

Desain dan Kontruksi Processing Room atau Kamar Gelap

a. Lokasi
b. Mudah diakses jika dibutuhkan
c. Terlindungi dari sinar langsung tau sinar hambur
d. Bersebelahan dengan ruang pemeriksaan dan dihubungkan dengan kaset heatch

Interior Processing Room atau Kamar Gelap

1. Bagian basah ( wet side ) , contoh : tangki prosessing
2. Bagian kering ( dry side ) , contoh : meja,film box, dll .

Ukuran Processing Room atau Kamar Gelap

Automatic prosessing : Sebaiknya bujur sangkar ; Luas : 7 m2, Tinggi : 3 m
Manual prosessing : Sebaiknya memanjang ; Luas : 10 m2, Tinggi : 3 m
10 m2 (memanjang) dengan maksud memudahkan pengaturan bahan-bahan dalam kamar gelap .

Spesifikasi Ruangan dan Kondisi Processing Room atau Kamar Gelap

Lantai

1. Syaratnya : 
v Tidak mudah rapuh dan keropos serta tahan terhadap cairan prosessing
v Tidak licin dan mudah dibersihkan
v Dapat menyerap cairan kimia
v Berwarna cerah

2. Bahan
v Bitumen ( turunan aspal )
v Keramik, porselin

Dinding

Syarat-syaratnya :
· Harus terjamin proteksi radiasi
· Warna cerah : seperti , merah jambu , kream dll
· Mudah dibersihkan
· Dari bahan water proof / Porselin
· Tahan terhadap korosi

Syarat ketebalan :
· Barium plaster 25cm campuran Ba2SO4 dengan semen
· Batu bata yang ekuivalen dengan 2 mm Pb tebalnya 25cm disusun miring
· Kombinasi antara batu bata dengan ½ bata yang dilapisi Barium plester setebal 1 ½ cm
· Dari beton yang tebalnya 15 cm
· Balok dengan batang carbon : 25 cm
· Papan biasa dilapisi dengan 2mm Pb

Langit-langit
1. Tinggi kurang lebih 2,7-3 m
2. Bahan cat yang tidak mudah terkelupas / cat minyak

Ventilasi

1. Berfungsi sebagai pertukaran udara dalam kamar gelap . Dan menjaga kestabilan dari cairan –cairan prosesing .
2. Diatur agar udara berotasi 6-10 kali/jam
3. Suhu dalam ruangan180-220C
4. Kelembaban 40 % - 60 %
5. Ventilasi dibuat diatas loteng dengan bentuk cerobong asap atau bisa menggunakan AC, kipas angin dll .

Pintu Masuk Kamar gelap :

Persyaratannya :
· Kedap cahaya
· Personil mudah masuk tanpa mengganggu jalannya processing
· Harus memenuhi syarat processing
· Dapat mengatur ventilasi

Macam-macam pintu :

Sistem 1 pintu 
· Lebih murah
· Menghemat ruangan (ekonomis)
· Memiliki pengunci otomatis yang dihubungkan dengan sistem pencahayaan sehingga ketika ruangan gelap, processing film, pintu terkunci .
· Pintu tidak tembus cahaya

Sistem 2 pintu
- Menghemat tempat
- Kunci otomatis
- Tiap pintu harus kokoh dan ditempatkan dengan baik untuk mencegah cahaya masuk ketika ditutup

Sistem pintu zig-zag
- Tidak memakan tempat
- Efisien dari segala hal
- Praktis

Sistem dinding penyekat ( Labirin )

Terdiri dari 2 lorong parallel perlu ruangan yang lebih luas dari sistem yang lain . Labirin akan terlihat lebih efektif bila :
- Permukaan tembok kasar dan dicat hitam
- Panjang tiap lorong min 3 m
- Lebar lorong tidak lebih dari 0,7 m
Keuntungan :
· Mudah dan cepat untuk melalui setiap waktu
· Ventilasi processing room yang terus menerus
Sistem berputar
Menggunakan metal yang berbentuk silinder dengan bagian terbuka pada sisi untuk masuk . Untuk dapat masuk ke dalam processing room, perlu melangkah ke silinder dan dirotasikan secara manual sampai tiba diprocesing room . Keuntungannya : hemat waktu .
Penerangan dalam Processing Room
Penerangan Umum / General illumination :
v Lampu pijar
v Lampu neon
Penerangan Khusus / Special Illumination :
- Safe light : Sebagai pengontrol processing film
v Type langsung : Cahaya saft light langsung mengenai area bekerja.
Ditempatkan min 1,2 m dari permukaan tempat bekerja, merupakan type paling baik untuk loading dan unloading casset .
v Type tidak langsung : Merupakan penerangan umum . Safe light diarahkan ke eternity sehingga yang digunakan adalah cahaya refleksi . Ditempatkan 2,1 m dari lantai .

Warna safe light :
· Hijau, merah, coklat : untuk film monocromatik . X-Ray film
· Merah : untuk jenis orthokromatik . X-Ray dan flomografi
· Tanpa safe light : untuk film pankromatik . Kebanyakan film fotografi dengan sebagian dari film filografi

Vising box : untuk mengecek hasil film processing

Lampu Indikator : yang dipasang didepan pintu kamar gelap .

Sarana dan prasarana yang harus terdapat pada kamar gelap

a. Meja kering : rak kaset, film hopper dan aksesoris lainnya .
b. Meja basah : tangki processing
c. Label printer ( pencetak indentifikasi pasien )
d. Cassette Hatch , alat bantu transport kaset yang dipasang pada pembatas kamar gelap dan kamar pemeriksaan
e. Film Hopper , tempat penyimpanan film yang belum terkena exspose
f. Cupboard, tempat penyimpanan film dalam jumlah kecil untuk mengganti apabila persediaan film pada hopper habis, letaknya didalam loading bench
g. Penerangan
h. Hanger film
i. Tower dispenser untuk mengeringkan tangan
j. Termometer
k. Timer
l. Manual processing
m. Automatic procesing 


Sirkulasi Air


Sirkulasi air dialam kamar gelap harus selalu mengalir supaya kebersihan air dalam kamar gelap terus terjaga kebersihannya dan pada film tidak menimbulkan artefak . Tujuan sirkulasi air adalah untuk membersihkan film dari sisa-sisa developer dan fixer, dengan demikian cairan yang terbawa air akan mengalir serta mendukung kualitas gambar yang baik .
Transpor Film
Fungsinya untuk transportasi film dari kamar gelap ke ruang pemeriksaan atau sebaliknya, sehingga membutuhkan peralatan seperti :




Transfor film :
1. Cassette hatch terdiri dari 2 kotak , yaitu :
· Expose dan unexposed
Syaratnya :
· Tidak tembus radiasi
· Tidak ada bocoran sinar
· Bersifat interlock
2. Ban berjalan
Syaratnya :
· Tidak bersebelahan dengan ruang pemeriksaan
· Ada proteksi radiasi untukmelindungi cassette
Perawatan Processing Room atau Kamar Gelap
- Membersihkan screen debgan alcohol atau air sabun
- Membersihkan tangki processing / sirkulasi air
- Mengetes safe light
- Membersihkan kamar gelap
- Menjaga agar tidak ada cahaya yang dapat menembus kamar gelap
- Memperhatikan temperatur dan kelembaban udara
- Disiplin dalam bekerja
Penutup
Melihat susunan dari processing room maka processing room berperan sangat penting dalam menunjang tingkat keberhasilan dari proses pemotretan radiografi . Dalam hal ini dibutuhkan kecermatan , ketelitian dalam mendesain konstruksi kamar gelap .

sumber : http://cafe-radiologi.blogspot.com/2010/10/processing-room-kamar-gelap.html

CT-SCAN SHEERAM


CT SCAN SHEERAM
Data processing
Data processing sebenarnya merupakan penyusunan prinsip matematika yang ada pada CT. Data processing terdapat 3 tahap proces (Fig 4-11). Pertama, data mentah yang mengalami beberapa bentuk sebelum processing, yang mana terdapat perbaikan dan beberapa reformatting (format ulang) pada data yang terjadi. Hal ini diperlukan untuk mempermudah tahap selanjutnya pada data processing, yaitu rekonstruksi gambar (fig. 4-12). Pada tahap ini, scan data , yang menggambarkan proses attenuasi, yaitu diubah kedalam karakteristik gambar digital oleh CT numbers.
            Perubahan proses atenuasi kedalam gambar CT dilakukan dengan ketentuan matematika sebagai teknik rekonstruksi atau rekonstruksi logaritma. Teknik rekonstruksi meliputi simple back-proyection (proyeksi kembali sederhana), iterative methods (metode ulangan) dan analytic methods (metode analitic).
            Tahap terakhir pada data processing adalah penyimpanan gambar dari reconstruksi gambar digital. Gambar ini disimpan pada disks memori sebagai penyimpanan sementara (penyimpanan jangka pendek).
CT Numbers
          Seperti yang ditunjukan pada Fig. 4-12, tiap pixel pada rekonstruksi gambar ditunjukkan oleh CT Numbers.
TABLE 4-1                                                                                                                             
Linear Attenuation Coefficients for Various Body Tissue*
Tissue                                                   LINEAR ATTENUATION COEFFICIENT (cm-1)
                                                                                                                            
Bone                                                                0.528
Blood                                                               0.208
Gray matter                                                      0.212
White matter                                                     0.213
Cerebrospinal fluid                                            0.207
Water                                                               0.206
Fat                                                                   0.185
Air                                                                   0.0004
* Pada 60 keV

Penyimpanan gambar
 


Rekonstruksi gambar
 


Data mentah preprocessing
 
           






 

FIG. 4-11.       3 tahap processing data pada CT
CT Numbers berhubungan dengan koefficient attenuasi linier (µ) pada jaringan termasuk slice (Table 4-1) dan dapat dihitung sbb:
                                                µt - µw
            CT Number      =                                  . K                              
                                                  µw
dimana µ, merupakan koefficient attenuasi pada jaringan yang diukur, µw merupakan  koefficient attenuasi air dan K merupakan kontras atau faktor kontras.
Nilai K menentukan faktor kontras, atau faktor scaling. Pada EMI scanner yang pertama, nilai K adalah 500, yang dihasilkan oleh contras scale 0.2% per CT number. CT numbers diperoleh dengan faktor kontras 500 yang disebut sebagai EMI numbers. Kemudian, faktor kontras digandakan untuk mendapatkan 1000 faktor, dan CT numbers yang diperoeh dengan faktor tersebut maka disebut dengan Hounsfield (H) scale. H sacle menyatakan µ lebih tepat karena contras scale adalah 0.1% per CT number. (keduanya yaitu H dan EMI scale ditunjukkan pada Fig. 4-13). CT numbers ditetapkan pada basis relatif dengan attenuasi air sebagai sumber. Untuk demikian CT number untuk air adalah 0, dimana pilihan untuk tulang dan udara masing-masing adalah + 1000 dan – 1000, pada H scale.
Perhitungan komputer pada CT numbers, dapat dicetak seperti gambar numeric (Fig.4-14). Gambar ini harus diubah ke dalam gambar gray scale (Fig. 4-14) karena ini lebih berguna untuk radiologist dibandingkan cetakan numeric. Untuk memudahkan dalam pengubahan (conversi), penyesuaian tingkatan brigthness dengan CT numbers harus ditetapkan  (Fig. 4-16). Pada Fig. 4-16, bagian atas (+ 1000) dan bawah (- 1000) masing-masing merupakan batasan skala yang menunjukkan putih dan hitam. Semua nilai yang lainnya menunjukkan variasi dari bayangan abu-abu (gray).
Hubungan antara CT numbers dan bayangan keabu-abuan merupakan variabel dan dapat disebut sebagai windowing.
Fig. 4-12 menggambarkan hubungan antara voxel jaringan dari data atenuasi linier yang dikumpulkan dan pixel gambar untuk CT number dihitung dan berpengaruh pada windowing.
CT and Energy Dependence           
          Koefficient attenuasi linier (µ) dipengaruhi oleh faktor yang terdiri energi radiasi. Contohnya, koefficient attenuasi linier untuk air pada 60, 84, dan 122 keV masing-masing adalah 0.206, 0.180, dan 0.166. Energi  photon juga juga dipengaruhi oleh CT numbers karena dapat dihitung pada persamaan koefficient attenuasi linier
            In  Io/I     =‌ ‌∫ µ (E,x) dx
            Dalam persamaan ini, E menunjukkan energi photon dan menggambarkan bahwa koefficient attenuasi ditukar dengan berkas energi.
FIG. 4-13.       Distribusi (pembagian) CT numbers pada Hounsfield dan EMI scales.       ( Seeram E:computed tomography technology, Philadelphia, 1982, WB Saunders.)
            Pada original CT scanner, CT numbers telah dihitung pada basis 73 keV, yang mana berkas energi efektifnya 230 kVp setelah melalui 27 cm pada air (Zatz, 1981). Pada 73 keV, koefficient attenuasi linier untuk air adalah 0.19 cm-1. Contohnya, jika koefficient attenuasi linier untuk tulang dan air masing-masing adalah 0.38 dan 0.19 cm-1, dan faktor scaling (K) scanner adalah 1000, CT numbers untuk tulang dan air dapat dihitung :
CT bone           = µ bone - µ water   .K
                                    µ water
                        = 0.38 – 0.19      . 1000
                                 0.19
                        = 0.19  . 1000
                            0.19
                        = 1000
Demikian CT number untuk tulang adalah 1000
CT water          =     µ water - µ water   .K
                                     µ water
                        =    0.19 – 0.19      . 1000
                                    0.19
                        =      0     . 1000   
                                    0.19
                        =     0
Demikian CT number untuk air adalah 0
FIG. 4-14.       Tampilan gambar CT setelah processing pkomputer. Ini merupakan cetakan numeric proses gambar.

Fig. 4-15.  Gambar CT gray scale lebih memiliki tujuan penggunaan pada radiologistdibandingkan dengan cetakan numeric. (Courtesy Toshiba America Medical system; Tustin,Calif)
Pada CT, teknik kV tinggi (sekitar 120 kV) secara umum digunakan untuk beberapa alasan:
1.      Untuk mengurangi ketergantungan  koefficient ettenuasi pada energi photon.
2.      Untuk mengurangi kontras tulang pada jaringan lunak
3.      Untuk memproduksi radiasi tinggi pada detektor
Alasan tersebut sangat penting untuk respon detektor secara optimum (e.g., untuk mengurangi artefact yang disebabkan oleh perubahan pada ketebalan kepala, yang mana dapat menyembunyikan perubahan kecil pada attenuasi dalam jaringan lunak, dan untuk meminimalkan artefact hasil dari efek berkas).
CT numbers mungkin berubah karena tergantung pada energi. Oleh karena itu penting bahwa sistem CT menjamin akurasy (keakuratan) dan terpercaya pada numbers karena konsequensi dapat menjadi buruk dan mungkin dapat salah diagnosa. Sistem menyatukan number skema perbaikan untuk memaintain presisi pada CT numbers.
Image Display
Tahap ketiga dan terakhir pada proces CT meliputi tampilan gambar, penyimpanan, dan dokumentasi. Setelah gambar direkonstruksi, gambar yang keluar pada komputer berbentuk digital (lihat Fig.4-12 dan 4-14). Hal ini harus diubah menjadi bentuk yang sesuai untuk penggambaran dan pengetahuan pada observer (Seeram,1982).
Pada CT rekonstruksi gambar digital diubah kedalam gambar gary scale (lihat Fig. 4-15) untuk interpretasi radiologist. Karena diagnosa dibuat dari gambar tersebut, ini sangat penting untuk menunjukkan gambar tersebut dalam memudahkan dianosa.
Display Devices
          Gambar gray scale ditampilkan pada tabung sinar katoda (cathode ray tube / CRT), atau tv monitor, yang mana merupakan komponen pengontrol yang penting atau meja console (Fig. 4. 4-17) .  Fig. 4-17  memperlihatkan 2 monitor, 1 untuk informasi text dan 1 untuk gambar.
FIG. 4-16.       Hubungan antara CT number dan brightness level.
FIG. 4-17.       2 garay scale CRT display monitor diletakkan pad control console sistem CT. (Courtesy Toshiba America Medical system; Tustin,Calif)
            Pada tampilan (display) dan manipulasi gambar gray scale untuk diagnosa, hal ini sangat penting untuk mengoptimize gambar (i.e., faithfullness dengan device dapat menamilkan gambar). Ini dipengaruhi oleh karakteristik fisik seperti luminance, resolusi, noise dan dynamic range.
            Monitor gray scale adalah funnel-shape, pembungkus kaca dikosongkan dengan penembakan elektron pada tabung yang sempit. Bentuk screen tabung yag dilebarkan, permukaan dalam phospor yang dikeluarkan lebih terang  ketika terjadi tembakan oleh elektron (seeram, 1985).
            Pada CT gambar digital yang berasal dari komputer harus diubah kedalam signals analog oleh digital-to-analog converter. Signals menghasilkan berkas elektron screen phospor. Monitor gray scale dapat menampilkan input gambar digital, pixel by pixel.
            Resolusi merupakan parameter fisik yang penting pada tampilan monitor gray scale dan berhubungan dengan pixel matrix, atau ukuran matrix. Tampilan matrix berjarak dari 64 x 64 sampai 1024 x 1024, tetapi monitor dapat menampilkan gambar dengan 2048 x 2048 matrix (Dwyer, et al, 1992).
Windowing.
            Gambaran CT memiliki jarak CT numbers  dari (+ 1000 sampai – 1000, untuk total 2000 numbers) untuk menunjukkan bayangan gray (lihat Fig. 4-16). Jarak CT numbers disebut dengan Window Width (WW), dan titik tengah dari jarak tersebut adalah Window Level (WL). Antara WW dan WL keduanya berada pada control console; pada Fig. 4-17, terdapat 2 knob yang ada dibawah monitor gambar. Pengontrol tersebut dapat mengubah kontras gambar.  Dengan WW 2000 dan WL 0, jumlah gray scale dapat ditampilkan dan kecakapan observer untuk melihat perbedaan yang kecil pada attenuasi soft tissue akan hilang karena mata manusia dapat melihat hanya sekitar 40 bayangan gray (Castleman, 1994).
Proses perubahan gambar gray scale CT  disebut dengan windowing (Fig. 4-18). Fig. 4-18 memperlihatkan kontras yang dapat diubah menjadi lebih terang pada tumor kepala.
Format of the CT Image. Scan original CT terdiri dari 80 x 80 matrix untuk total 6400 pixel.
            Dengan teknologi ukuran matrix dapat dipilih sebelum dilakukan pemeriksaan CT dan tergantung pada pengetahuan anatomi. Teknologi harus memilih FOV atau reconstruction circle, yang mana daerah circular dari pengaturan transmisi direkam selama scanning. Daerah ini diebut dengan FOV scan.
            Selama pengumpulan data dan rekonstruksi gambar, matrix berada diluar scan FOV untuk melindungi atau menutupi irisan / slice untuk menjadi gambar. Secara umum, teknologi dapat memilih FOV untuk pemeriksaan tanpa 3 atau 4 scan FOV.
            Karena irisan / slice di scan dalam dimensi, pixel di pindahkan kedalam voxel atau volume element. Berkas radiasi yangmengalir melalui tiap voxel dan CT numbers kemudian dihasilkan untuk tiap pixel pada penampilan gambar. Tampilan FOV dapat menjadi sama atau hilang dari scan FOV.
FIG. 4-18.       Efek windowing. Kontras pada tulang dan soft tissue pada gambar sebelah kiri ditukar untuk ditunjukkan pada gambar sebelah kanan. Tumor terlihat lebih terang pada gambar sebelah kanan, dengan menghilangkan kontras gambar untuk tulang dan soft tissue. (Courtesy Toshiba America Medical system; Tustin,Calif)
            Ukuran pixel dapat dihitung dari FOV dan ukuran matrix melalui hubungan sbb:
Pixel size, d     = field of view/matrix size
            Untuk contoh, jika reconstruction circle (FOV) adalah 25 cm dan ukuran matrixnya adalah 5122, ukuran pixel dapat dihitung sbb:
Pixel size = 25.10 mm / 512
                = 250 mm / 512
                = 0.488 mm
                = 0.49 mm
                = 0.5 mm
            Ukuran pixel umunya berjarak mulai dari 1 sampai 10 mm pada scanner. Dengan demikian ukuran voxel tidak hanya tergantung dengan ketebalan tetapi juga pada ukuran  matrix dan FOV (Fig. 4-19).
            Akhirnya, tiap pixel pada gambar CT memiliki jarak pada bayangan gray. Gambar dapat memilki perbedaan nilai gray scale 256 (28), 512 (29), 1024 (210), atau 2048 (211). Karena numbers digambarkan seperti bits, gambar CT dapat digolongkan dalam numbers pada bits per pixel. Gambar dapat memiliki 8, 9, 10, 11, atau 12 bits per pixel. Oleh karena itu gambar terdiri dari rangkaian bit plane yang ada bit didalamnya (Fig. 4-20) (Seibert, 1995). Nilai numeric pixel menggambarkan brightness gambar pada posisi pixel. 12-bits-per-pixel gambar CT dapat menggambarkan rentang numbers dari – 1000 sampai 3095 untuk total 4096 (212)  (Barnes dan Lakshminarayanan, 1989).
TECHNOLOGI CONSIDERATIONS
            Tujuan utama CT scanner adalah untuk memproduksi hiqh-quality gambar CT dengan meminimalkan dosis radiasi dan secara fisik tidak nyaman untuk pasien. Apakah hal ini dapat dicapai tergantung pada pengaturan sistem CT, yang mempengaruhi penampilan/pertunjukan sistem komponen. Pada bagian ini, pengaturan teknologi perlu untuk menghasilkan gambaran CT.
            Teknologi pada CT scanner meliputi subsystem numbers (fig. 4-21). Subsystem yang terbesar digambarkan lebih pendek atau ringkas untuk menunjukkan mengalirnya data melalui sistem.
FIG. 4-19.       Ukuran voxel tergantung pada ketebalan, ukuran matrix, dan FOV.
Data Flow in a CT scanner
            Subsystem ditunjukkan pada Fig. 4-21 yang terdiri dari x-ray tube, power supply, sistem pendingin, berkas geometry, dibatasi dengan kollimator dan karakteristik oleh pergerakan scanning tube, detector, detector elektronik, preprocessor, computer dengan memory akses cepat, processor dengan kecepatan tinggi, processor gambar, penyimpanan, display dan system control.
            Mengalirnya data dari Fig. 4-21 diringkas pada Fig. 4-22. Bahasa digambarkan oleh beberapa event/kegiatan (e.g.,belokan dan proyeksi kembali) akan diterangkan selanjutnya pada bab berikutnya :
Fig. 4-20.         Tampilan gambar digital seperti kumpulan bit plane. Encoding pada Least Significant Bit (LSB) sampai Most Significant Bit (MSB) seperti bit plane yang ditunjukkan. Penyesuaian gambar gray scale menunjukkan nilai digital dan hubungan brightness. (dari Seibert JA: Digital image processing basics. In Balter S, Shope TB, eds: RSNA categorical course in physics. Physical and technical aspect of angiography and interventional radiology, Oak Brook, lll, 1995, RSNA.)
           
FIG. 4-21.       Bentuk CT scanner generasi ke 4 dengan subsystem utama.
Sequence event
Event ditunjukkan/digambarkan pada mengalirnya data seperti berikut :
  1. X – ray tube dan detektor berputar sekitar pasien, yang diposisikan dalam lubang gantry untuk pemeriksaan CT. Pada tahap ini karakteristik oleh berkas geometry dan metode scanning dan membungkus atau mengelilingi aluran X- ray melalui pasien. Berkas X- ray yang tinggi dibatasi oleh kollimator.
  2. Radiasi mengalami pelemahan atau attenuasi melalui pasien. Photon diukur oleh 2 set detektor, reference (sumber) detektor, yang mengukur intensitas radiasi dari X- ray tube, dan set yang lainnya merekam peminndahan X -ray melalui pasien.
  3. Pemindahan berkas dan sumber berkas keduanya diubah kedalam aliran signals electric yang diperluas oleh daerah khusus.
  4. Sebelum data dikirim ke komputer data harus diubah kedalam bentuk digital. Ini dilakukan dengan Analog-to-digital converter (ADCs), atau digitizer. Tahap 2, 3, dan 4 menyusun tahap ke 2 pada proses aquisisi data.
  5. Data processing dimulai. Data digital mengalami beberapa bentuk sebelum processing, yang meliputi perbaikan dan reformatting. ”beberapa perbaikan pada data akan menyamakan attenuasi data, diperoleh daerah rata-rata detektor untuk menentukan jika beberapa detektor diluar standar yang sebelumnya ditentukan yaitu detektor yang buruk, dan perbaikan yang salah untuk waku yang hilang (i,e., waktu deteksi yang hilang) oleh individual detektor (Huang, 1987). Data tersebut disebut dengan reformatting data mentah. Perbaikan data tambahan ditunjukkan pada penggunaan data software komputer.
  6. Seperti yang diperlihatkan pada Fig. 4-22, belokan ditunjukkan pada data dengan barisan processor.
  7. Rekonstruksi algoritma proyeksi kembali kemudian menyusun kembali gambar pada structur anatomi internal sebelum pemeriksaan.
  8. Rekonstruksi gambar dapat ditampilkan, direkam dengan film laser camera, atau disimpan pada magnetic optical tape atau disks.
  9. Processor gambar ditunjukkan pada fig. 4-21 menunjukkan variasi operation processing gambar pada tampilan gambar. Fig. 4-21 tidak memperlihatkan digital-to-analog converter (DAC), komponen diletakkan antara processor gambar dan CRT ditampilkan antara komputer dan control terminal, yang merupakan CRT display unit.
  10. Control terminal biasanya pada operator control console, yang melengkapi control sistem CT.
FIG. 4-22.             Data mengalir pada system CT
ADVANTAGES AND LIMITATION OF CT
ADVANTAGES
      Keuntungan yang paling penting pada CT dilihat dari faktanya adlah untuk mengatasi keterbatasan radiografi dan tomografi konvensionl. Dibandingkan dengan radiografi dan tomografi konvensional, keuntungan CT sbb:
1.  Utama, low-contras resolusi mungkin karena (1) tingginya berkas penyinaran yang digunakan untuk mengambil potongan cross-sectional pada pasien dan (2) detektor khusus yang digunakan untuk mengukur perpindahan radiasi melalui slice.
2.    Pengaturan WW dan WL pada widowing gambar, contras scale ganbar dapat divariasikan sesuai yang dibutuhkan observer.
3. Dengan aquisisi data spiral, scanning CT pada spiral geometry telah mengatasi beberapa keterbatasan dari konvensional start-stop acquisition. Keuntungan ini meliputi volume aquisisi data pada pengambilan slice dibandingkan slice by slice aquisisi, perkembangan pada gambaran 3D, gambar reformatting multiplanar, dan aplikasi lainnya, seperti gambar berikutnya, CT angiografi dan gambaran sesungguhnya, atau CT endoscopy.
4.    CT telat membuat variasi teknik untuk yang akan datang guna mempermudah proses diagnosa seperti Xenon CT (untuk bernafas didalam), stable xenon (untuk mempelajari aliran darah), quantitative CT (menentukan jumlah mineral tulang), dynamic CT (untuk mempelajari physikologi), perfusion CT dan CT scanning dengan spatial resolusi tinggi untum mengoptimalkan spatial resolusi. Untuk tambahan, CT dapat membantu rencana perlakuan radiasi.
5.   Dengan adanya manipulasi gambar dan analisa, digital nature gambar CT merupakan kandidat untuk processing gambar digital. Melalui applikasi, processing gambar algoritma, gambar dapat dimodifikasi untuk kejelasan sejumlah informasi atau dianalisa untuk mengetahui informasi tentang bentuk dan texture dari lessi.
LIMITATION
CT tidak tanpa keterbatasan. Dibandingkan dengan radiografi dan tomografi , kekurangannya adalah sbb:
1.      Spatial Resolusi pada CT ”lebih buruk”
2.      Dosis pada CT sesungguhnya lebih tinggi untuk daerah anatomi yang sama.
3.      CT dibatasi untuk transverse axial slice karena hardware dari scanner, meskipun gantry dapat disudutkan untuk mengambil slice gambar samapi  30° untuk transverse section.
4.      Pada CT, sulit untuk gambar daerah anatomi yang soft tissuenya dikelilingi oleh tulang dalam jumlah besar, seperti fossa posterior, spinal cord, pituitary, dan interpetrous space.
5.      Adanya object metalic pada pasien akan menghasilkan garis artefact pada gambaran CT, CT juga menunjukkan artefact lainnya yang tidak biasa untuk radiografi.
Keterbatasan yang telah menghambat perkembangan CT atau pembatasan penggunaan. Kenyataannya, CT tetap digunakan untuk alat diagnosa pada obat, pengetahuan untuk pengembangan CT scanner.

RADIOLOGI IMEJING


Apa itu USG ?

USG ( ULTRA SONOGRAPHY )
 

1. PENGERTIAN UMUM USG
Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam dunia IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembengan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan. Salah satu contoh pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan aplikasi komputer, salah satunya adalah USG (Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam dunia medis yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang medis. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya” ini kemudian secara luas diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya, terapi untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki gajah), dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada). Baru pada awal tahun 1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima data), hasil pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah. Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan Dussik.
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal sampai saat ini Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendetektian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.
SKEMA CARA KERJA USG
1. Transduser
 

Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
2.Monitor Monitor yang digunakan dalam USG


3. Mesin USG
 
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC CARA USG MERUBAH GELOMBANG MENJADI GAMBAR
PEMERIKSAAN USG (ULTRA SONOGRAPHY)
Aman, kok. Tapi mengapa sebagian orang masih ragu?
USG atau Ultrasonografi dalam dunia kedokteran memang bukan barang baru. Toh, kehadirannya terkadang masih menimbulkan kekhawatiran pada sebagian orangtua tentang penggunaan dan manfaatnya. Misalnya, kekhawatiran akan radiasi yang ditimbulkan dari alat tersebut. Beberapa orang bahkan menyangsikan manfaat alat ini mengingat ada satu dua kasus kelainan bayi yang dianggap tak terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Belum lagi soal biaya. Beberapa klinik/rumah sakit memang sudah memasukkan biaya USG dalam biaya pemeriksaan kehamilan. Namun cukup banyak juga yang menagih pemeriksaan ini sebagai biaya tersendiri. Kalau pasien yang meminta, mungkin enggak jadi soal. Tapi jika dokter melakukan pemeriksaan USG setiap kali pasien kontrol dan ada biaya tambahan untuk itu, tampaknya ini tidak fair bagi pasien.
TAK ADA RADIASI
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu hamil. Sebelum ada alat ini, denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16-18 minggu. Sementara dengan USG, pada usia kehamilan 6-7 minggu sudah dapat dideteksi. USG juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan bawaan di usia kehamilan yang lebih awal.

CARA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pervaginam
- Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
- Tidak menyebabkan keguguran.
2. Perabdominan
- Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
- Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim.
JENIS PEMERIKSAAN USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.
SAAT TEPAT PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:
* Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh pada layar monitor.
* Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan sebagainya.
Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni:
* Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
* Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah melintang, kepala turun, dan lainnya.
 
MANFAAT
Trimester I
- Memastikan hamil atau tidak.
- Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
- Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
- Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II:
- Melakukan penapisan secara menyeluruh.
- Menentukan lokasi plasenta.
- Mengukur panjang serviks.
Trimester III:
- Menilai kesejahteraan janin.
- Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
- Melihat posisi janin dan tali pusat.
- Menilai keadaan plasenta.
TAK 100% AKURAT
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
* Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
* Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
* Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
* Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
* Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
* Air ketuban sedikit.
* Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.
III. KESIMPULAN
Melihat fungsi dan cara kerja USG, dapat dikatakan bahwa kinerja USG identik dengan scanner secara umum yang membedakan hanyalah data yang diterima, USG menerima data berupa gelombang sedangkan scanner menerima data berupa barang
Kamus mendefinisikan USG sebagai energi yang dihasilkan oleh gelombang suara 20,000 atau lebih getaran per detik. USG menggunakan gelombang suara yang jauh di atas frekuensi, yang telinga manusia dapat diartikan. Operasi yang didasarkan pada teknologi dari transduser memancarkan gelombang suara, yang menembus tubuh manusia tanpa risiko.Memasuki tubuh, gelombang ini perjumpaan tulang dan berbagai organ dalam. Gelombang frekuensi tinggi ini kemudian dipantulkan kembali dari organ-organ dan jaringan membentuk tubuh internal gambar pada layar bagian dari sumber. Sifat refleksi memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi jenis jaringan.
Penemuan USG telah menjadi tengara dalam sejarah medis. Ini telah terbukti menjadi batu loncatan yang luas terhadap penelitian medis. USG telah membantu penelitian medis dalam memperoleh suatu pemahaman fungsi tubuh manusia. Sejarah dari penemuan kembali ke zaman Perang Dunia II. Studi radar dan sonar itu adalah pendahulu untuk pengembangan perangkat USG.
Nama dua ilmuwan menonjol dalam huruf tebal dalam sejarah USG dan pencitraan medis. Yang pertama adalah bahwa dari Dokter Karl Theodore Dussik dari Austria. Dokter Karl melakukan penelitian tentang investigasi USG transmisi otak. Berdasarkan temuan-temuannya, ia menerbitkan makalah pertama ultrasonik medis pada tahun 1942. Nama kedua adalah, tentu saja, terkenal di dunia. Itu adalah Profesor Ian Donald dari Skotlandia yang mengembangkan teknologi dan aplikasi praktis untuk USG pada 1950-an. USG pertama kali diuji oleh dia pada tahun 1957 dan setahun kemudian, fungsinya telah diuji pada wanita hamil.
Aplikasi yang paling luas dari teknik ini adalah penggunaannya dalam sonografi untuk menghasilkan gambar janin dalam rahim manusia. USG Kebidanan membantu untuk memeriksa kesehatan anak yang belum lahir. Ini membantu dalam mengevaluasi usia kehamilan, janin kelangsungan hidup dan pertumbuhan, lokasi plasenta dan di atas semua memeriksa kelainan fisik yang besar. USG memiliki berbagai keuntungan lain juga. Jaringan lunak pencitraan dari banyak bagian tubuh dilakukan dengan USG. Jantung, ginjal, hati dan kantong empedu scan sangat umum days.Ultrasound ini dapat digunakan untuk mencari tumor dan menganalisis struktur tulang. Teknik Doppler mesin ini membantu untuk memvisualisasikan arteri dan vena dan dengan demikian, memonitor aliran darah dalam setiap organ. Hal ini semakin sering digunakan dalam trauma dan pertolongan pertama kasus juga.
Kemajuan dalam penelitian ilmiah telah menyebabkan kemajuan dalam perangkat USG. Prinsip dasar tetap sama, perangkat medis baru bernama CAVITRON telah dibuat pada tahun 1980. Perangkat ini memiliki potensi untuk menghancurkan tumor dalam tubuh.
Satu hal yang pasti. Penemuan-penemuan semacam itu tidak dapat dianggap sebagai prestasi tunggal ketika mereka bermanfaat bagi kemanusiaan secara keseluruhan.
(Sumber Scum Doktor.com)
USG 4 Dimensi
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Mutakhir Resolusi Tinggi
Doppler Berwarna/3D-4D Real Time
SamMarie family Healtcare telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang diagnostik canggih, antara lain alat USG mutakhir berkemampuan tinggi yang meliputi USG 2-Dimensi Doppler Berwarna, 3-Dimensi dan 4-Dimensi Real Time.
Untuk mencapai nilai ketepatan (akurasi) diagnostik yang tinggi, alat USG mutakhir ini dioperasikan oleh para dokter spesialis yang terpilih dalam bidangnya dan dipimpin oleh seorang dokter spesialis Radiologi Konsultan yang telah berpengalaman dalam melakukan berbagai jenis pemeriksaan USG.
Dengan alat USG ini kami dapat memberikan layanan diagnostik paripurna bagi setiap wanita sebelum kehamilan, semasa kehamilan, dan setelah melahirkan.
Sebelum Hamil
Pemeriksaan USG ditujukan untuk menapis (screening) kelainan dini agar dicapai status kesehatan dan tingkat keberhasilan kehamilan yang tinggi, misalnya kelainan bentuk rahim (uterus) baik yang bawaan (kongenital) atau dapatan (akunisitas), kelainan indung telur (ovarium), kelainan selaput rahim (endometrium), kelaianan saluran leher rahim (kanal serviks).
Selama Hamil
• Usia kehamilan 11-15 minggu.
Memberikan informasi secara umum tentang kondisi awal janin, rahim dan organ sekitarnya. Untuk penasahan (deteksi) dan diagnosis dini berbagai kelainan bawaan. Sebagian besar kelainan bawaan pada kepala, leher dan dinding perut dapat ditasah pada usia kehamilan 11-15 minggu.
• Usia kehamilan 18-20 minggu.
Memberikan informasi secara lebih rinci dalam penilaian pertumbuhan dan perkembangan janin dan organ-organ tubuhnya, meliputi otak, katub jantung dan pembuluh darah, organ dalam perut (internal abdomaen) termasuk hati, ginjal, dan usus, serta tulang punggung (vertebrata).
• Usia kehamilan 30-34 minggu.
Memberikan informasi tentang jenis kelamin dan letak janin, letak plasenta, talipusat, tampilan dan jumlah air ketuban, serta profil biofisik janin.
USG 4 DIMENSI SOLO
 
USG 4 DIMENSI, ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan di klinik usg 4 dimensi solo, adalah alat usg yang tergolong high end (canggih). Alat tersebut bermerk GE, Type Voluson 730, yang memang didedikasikan untuk pemeriksaan USG 4 dimensi.