Blogger templates

KISAH KASIH SEORANG RADIOGRAFHER
Tampilkan postingan dengan label RADIOFOTOGRAFI-PROSESING FILM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RADIOFOTOGRAFI-PROSESING FILM. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Mei 2013

KAMAR GELAP-DARK ROOM


KAMAR  PROSESING FILM - KAMAR GELAP-DARK ROOM
Dalam suatu proses radiografi processing room atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung yang penting dalam menunjang keberhasilan suatu proses pemotretan . Hal ini disebabkan karena processing room kita dapat mengubah film dari bayangan laten kedalam bayangan tampak.
Processing room disebut juga final proses akhir karena processing room merupakan rangkaian yang terakhir dalam suatu proses radiografi .

Pengertian Processing Room atau Kamar Gelap adalah suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film sebelum dan sesudah di expose ( dari bayangan laten menjadi bayangan tetap).

Fungsi processing room,antara lain :

· Mengisi/mengosongkan kaset
· Memasukkan film kedalam processing automatic
· Perawatan dan pemeliharaan processing automatis
· Penyimpanan film yang belum di expose
· Prosedur duplikasi atau substraksi
· Silver recovery

Jenis-Jenis Processing

a. Automatic processing
Dalam processing automatic hampir sama dengan processing manual hanya perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing ( pembilasan ), menggunakan tenaga mesin .

b. Manual processing
Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu : Developer ( pembangkitan ) ; Rinsing ( pembilasan ) ; Fixing ( penetapan ) ; Washing ( pencucian ) ; dan Drying ( pengeringan ).

Desain dan Kontruksi Processing Room atau Kamar Gelap

a. Lokasi
b. Mudah diakses jika dibutuhkan
c. Terlindungi dari sinar langsung tau sinar hambur
d. Bersebelahan dengan ruang pemeriksaan dan dihubungkan dengan kaset heatch

Interior Processing Room atau Kamar Gelap

1. Bagian basah ( wet side ) , contoh : tangki prosessing
2. Bagian kering ( dry side ) , contoh : meja,film box, dll .

Ukuran Processing Room atau Kamar Gelap

Automatic prosessing : Sebaiknya bujur sangkar ; Luas : 7 m2, Tinggi : 3 m
Manual prosessing : Sebaiknya memanjang ; Luas : 10 m2, Tinggi : 3 m
10 m2 (memanjang) dengan maksud memudahkan pengaturan bahan-bahan dalam kamar gelap .

Spesifikasi Ruangan dan Kondisi Processing Room atau Kamar Gelap

Lantai

1. Syaratnya : 
v Tidak mudah rapuh dan keropos serta tahan terhadap cairan prosessing
v Tidak licin dan mudah dibersihkan
v Dapat menyerap cairan kimia
v Berwarna cerah

2. Bahan
v Bitumen ( turunan aspal )
v Keramik, porselin

Dinding

Syarat-syaratnya :
· Harus terjamin proteksi radiasi
· Warna cerah : seperti , merah jambu , kream dll
· Mudah dibersihkan
· Dari bahan water proof / Porselin
· Tahan terhadap korosi

Syarat ketebalan :
· Barium plaster 25cm campuran Ba2SO4 dengan semen
· Batu bata yang ekuivalen dengan 2 mm Pb tebalnya 25cm disusun miring
· Kombinasi antara batu bata dengan ½ bata yang dilapisi Barium plester setebal 1 ½ cm
· Dari beton yang tebalnya 15 cm
· Balok dengan batang carbon : 25 cm
· Papan biasa dilapisi dengan 2mm Pb

Langit-langit
1. Tinggi kurang lebih 2,7-3 m
2. Bahan cat yang tidak mudah terkelupas / cat minyak

Ventilasi

1. Berfungsi sebagai pertukaran udara dalam kamar gelap . Dan menjaga kestabilan dari cairan –cairan prosesing .
2. Diatur agar udara berotasi 6-10 kali/jam
3. Suhu dalam ruangan180-220C
4. Kelembaban 40 % - 60 %
5. Ventilasi dibuat diatas loteng dengan bentuk cerobong asap atau bisa menggunakan AC, kipas angin dll .

Pintu Masuk Kamar gelap :

Persyaratannya :
· Kedap cahaya
· Personil mudah masuk tanpa mengganggu jalannya processing
· Harus memenuhi syarat processing
· Dapat mengatur ventilasi

Macam-macam pintu :

Sistem 1 pintu 
· Lebih murah
· Menghemat ruangan (ekonomis)
· Memiliki pengunci otomatis yang dihubungkan dengan sistem pencahayaan sehingga ketika ruangan gelap, processing film, pintu terkunci .
· Pintu tidak tembus cahaya

Sistem 2 pintu
- Menghemat tempat
- Kunci otomatis
- Tiap pintu harus kokoh dan ditempatkan dengan baik untuk mencegah cahaya masuk ketika ditutup

Sistem pintu zig-zag
- Tidak memakan tempat
- Efisien dari segala hal
- Praktis

Sistem dinding penyekat ( Labirin )

Terdiri dari 2 lorong parallel perlu ruangan yang lebih luas dari sistem yang lain . Labirin akan terlihat lebih efektif bila :
- Permukaan tembok kasar dan dicat hitam
- Panjang tiap lorong min 3 m
- Lebar lorong tidak lebih dari 0,7 m
Keuntungan :
· Mudah dan cepat untuk melalui setiap waktu
· Ventilasi processing room yang terus menerus
Sistem berputar
Menggunakan metal yang berbentuk silinder dengan bagian terbuka pada sisi untuk masuk . Untuk dapat masuk ke dalam processing room, perlu melangkah ke silinder dan dirotasikan secara manual sampai tiba diprocesing room . Keuntungannya : hemat waktu .
Penerangan dalam Processing Room
Penerangan Umum / General illumination :
v Lampu pijar
v Lampu neon
Penerangan Khusus / Special Illumination :
- Safe light : Sebagai pengontrol processing film
v Type langsung : Cahaya saft light langsung mengenai area bekerja.
Ditempatkan min 1,2 m dari permukaan tempat bekerja, merupakan type paling baik untuk loading dan unloading casset .
v Type tidak langsung : Merupakan penerangan umum . Safe light diarahkan ke eternity sehingga yang digunakan adalah cahaya refleksi . Ditempatkan 2,1 m dari lantai .

Warna safe light :
· Hijau, merah, coklat : untuk film monocromatik . X-Ray film
· Merah : untuk jenis orthokromatik . X-Ray dan flomografi
· Tanpa safe light : untuk film pankromatik . Kebanyakan film fotografi dengan sebagian dari film filografi

Vising box : untuk mengecek hasil film processing

Lampu Indikator : yang dipasang didepan pintu kamar gelap .

Sarana dan prasarana yang harus terdapat pada kamar gelap

a. Meja kering : rak kaset, film hopper dan aksesoris lainnya .
b. Meja basah : tangki processing
c. Label printer ( pencetak indentifikasi pasien )
d. Cassette Hatch , alat bantu transport kaset yang dipasang pada pembatas kamar gelap dan kamar pemeriksaan
e. Film Hopper , tempat penyimpanan film yang belum terkena exspose
f. Cupboard, tempat penyimpanan film dalam jumlah kecil untuk mengganti apabila persediaan film pada hopper habis, letaknya didalam loading bench
g. Penerangan
h. Hanger film
i. Tower dispenser untuk mengeringkan tangan
j. Termometer
k. Timer
l. Manual processing
m. Automatic procesing 


Sirkulasi Air


Sirkulasi air dialam kamar gelap harus selalu mengalir supaya kebersihan air dalam kamar gelap terus terjaga kebersihannya dan pada film tidak menimbulkan artefak . Tujuan sirkulasi air adalah untuk membersihkan film dari sisa-sisa developer dan fixer, dengan demikian cairan yang terbawa air akan mengalir serta mendukung kualitas gambar yang baik .
Transpor Film
Fungsinya untuk transportasi film dari kamar gelap ke ruang pemeriksaan atau sebaliknya, sehingga membutuhkan peralatan seperti :




Transfor film :
1. Cassette hatch terdiri dari 2 kotak , yaitu :
· Expose dan unexposed
Syaratnya :
· Tidak tembus radiasi
· Tidak ada bocoran sinar
· Bersifat interlock
2. Ban berjalan
Syaratnya :
· Tidak bersebelahan dengan ruang pemeriksaan
· Ada proteksi radiasi untukmelindungi cassette
Perawatan Processing Room atau Kamar Gelap
- Membersihkan screen debgan alcohol atau air sabun
- Membersihkan tangki processing / sirkulasi air
- Mengetes safe light
- Membersihkan kamar gelap
- Menjaga agar tidak ada cahaya yang dapat menembus kamar gelap
- Memperhatikan temperatur dan kelembaban udara
- Disiplin dalam bekerja
Penutup
Melihat susunan dari processing room maka processing room berperan sangat penting dalam menunjang tingkat keberhasilan dari proses pemotretan radiografi . Dalam hal ini dibutuhkan kecermatan , ketelitian dalam mendesain konstruksi kamar gelap .

sumber : http://cafe-radiologi.blogspot.com/2010/10/processing-room-kamar-gelap.html

Kamis, 16 Mei 2013

RADIOFOTOGRAFI-PROSESING FILM.


RADIOFOTOGRAFI - PROSESING FILM RADIOGRAFI

A. PENDAHULUAN
Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya adalah film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar diperoleh gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying).

1. Pembangkitan
a. Sifat dasar
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.

b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak. Kejadian ini tergambar melalui reaksi kimia sebagai berikut: 

AgBr  Ag + + Br -à
Br - + radiasi  Br -à + e –
SS + e -  SS -à
SS - + Ag +  Agà

c. Larutan developer terdiri dari:
a. Bahan pelarut (solvent).
Bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak mengandung mineral.

b. Bahan pembangkit (developing agent).
Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak halida menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan pembangkit ini akan bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang tadinya telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang biasa digunakan adalah jenis benzena (C6H6). Reaksi kimia yang terjadi antara bahan pembangkit dengan film dapat dilihat
sebagai berikut: '
Ag + Oksida bahan pembangkit + Br - + H+àAg Br + Bahan pembangkit

c. Bahan pemercepat (accelerator).
Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi pada film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan pembangkit (mudah diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini disebut bahan pemercepat yang biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat (Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida (NaOH / KOH) yang mempunyai sifat dapat larut dalam air.

d. Bahan penahan (restrainer).
Fungsi bahan penahan adalah untuk mengendalikan aksi reduksi bahan pembangkit terhadap kristal yang tidak tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang sering digunakan adalah kalium bromida.

e. Bahan penangkal (preservatif).
Bahan penangkal berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi karena mengabsorbsi oksigen dari udara. Namun bahan penangkal ini tidak menghentikan sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi laju oksidasi dan meminimalkan efek yang ditimbulkannya.

f. Bahan-bahan tambahan.
Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula bahan-bahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan pengeras (hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif konstan. Sedangkan fungsi dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan emulsi film yang diproses.

2. Pembilasan
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya.
Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan.
Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.

3. Penetapan
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.
Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat suatu cairan penetap adalah:

a. Bahan penetap (fixing agent).
Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini bersifat dapat bereaksi dengan perak halida dan membentuk komponen perak yang larut dalam air, tidak merusak gelatin, dan tidak memberikan efek terhadap bayangan perak metalik. Bahan yang umum digunakan adalah natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang dikenal dengan nama hypo. Reaksi kimia yang terjadi pada film adalah sebagai berikut:
Na2S2O3 + AgBr = Na2Ag(S2O3)2) + NaBr

b. Bahan pemercepat (accelerator).
Untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan, biasanya digunakan asam yang sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa dalam menjalankan aksinya, maka tingkat keasaman cairan penetap akan menghentikan aksinya.

Asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap dan mengendapkan sulfur, seperti terlihat pada reaksi kimia berikut:
Na2S2O3 + 2HAc  2NaAc + H2S2O4à
H2S2O3  H2SO3 +S (sulfurisasi)àß
Maka bahan pengaktif yang umumnya dipergunakan adalah asam lemah seperti asam asetat (CH3COOH). Akan tetapi dengan penggunaan asam lemah ini masih terjadi pengendapan sulfur. Untuk mengatasi hal ini maka dipergunakan bahan penangkal.

c. Bahan penangkal (preservatif).
Untuk menghindari adanya pengendapan sulfur maka pada cairan penetap ditambahkan bahan penangkal yang akan melarutkan kembali sulfur tersebut. Bahan penangkal yang digunakan adalah natrium sulfit, natrium metabisulfit, atau kalium metabisulfit.

d. Balian pengeras (hardener).
Bahan ini digunakan untuk mencegah pembengkakan emulsi film yang berlebihan. Pembengkakan emulsi akan membuat perak bromida mudah terkelupas dan pengeringan film yang tidak merata. Bahan yang digunakan biasanya adalah potassium alum [K2SO4Al3(SO4)2H2O], aluminium sulfat [Al2(SO4) 3].

e. Bahan penyangga (buffer).
Digunakan untuk mempertahankan pH cairan agar dapat tetap terjaga pada nilai 4 - 5. Bahan yang digunakan adalah pasangan antara asam asetat dengan natrium asetat, atau pasangan natrium sulfit dengan natrium bisulfit.

f. Pelarut (solvent).
Pelarut yang ummn digunakan adalah air bersih.

4. Pencucian.
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.

5. Pengeringan
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak.
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.